KATA
DAN KELAS KATA
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Penyuntingan
Dosen Prof. Dr. Jumadi,
M.Pd.
Disusun
Oleh
Kelompok 5:
Intan Puspitasari (NIM A1B113013)
Noor Latifah (NIM A1B113238)
Marlina (NIM A1B113239)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
BAB II
ISI
2.1
Pengertian Kata
Kata adalah satuan bahasa
terkecil yang dapat berdiri sendiri dan membentuk suatu makna bebas.
Berdasarkan ciri dan karakteristiknya, kata dikelompokkan menjadi kata kerja
(verba), kata sifat (adjektiva) kata benda (nomina), kata ganti (pronomina),
kata bilangan (numeralia), kata keterangan (adverbia).
2.2
Fungsi Kelas Kata
Kelas kata mempunyai beberapa fungsi penting dalam
penyusunan kalimat, diantaranya; melambangkan pemikiran atau gagasan.
Yang semula hanya berupa gagasan yang bersifat abstrak, lalu bisa menjadi
konkret karena adanya kelas kata. Kemudian, kelas kata juga berfungsi untuk
membentuk macam-macam struktur kalimat serta memperjelas makna gagasan.
Selain yang tersebut di atas, kelas kata juga
berfungsi sebagai pembentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, ataupun kalimat.
Selanjutnya, kelas kata juga berperan untuk membentuk gaya pengungkapan
sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang
lain, mengungkapkan berbagai jenis ekspresi,
antara lain: berita, perintah, penjelasan,argumentasi, pidato,
dan diskusi. Tentunya kelas kata juga berfungsi
untuk mengungkapkan berbagai sikap, misalnya: setuju, menolak, dan
menerima.
2.3
Kelas Kata
1. Verba
(Kata Kerja)
Verba atau
kata kerja lazimnya dapat didefinisikan dengan menggunakan tiga macam cara.
a. Dengan mencermati bentuk
morfologisnya
Berdasarkan
ciri morfologisnya, verba didalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi :
a)
Verba dasar atau verba yang tidak berafiks, misalnya
makan, minum, tidur, dll.
b) Verba berafiks,
misalnya memakan, memberi, dll.
c)
Verba yang merupakan perulangan atau reduplikasi,
misalnya, makan-makan, mengetuk-ngetuk, berlari-lari, dll.
d) Verba yang merupakan bentuk
majemuk, misalnya sudah makan, tidak
dikunci, cuci mata, dll.
b.
Dengan mencermati perilaku sintaksisnya
Berdasarkan
fungsinya atau sering disebut sebagai perilaku sintaksisnya, verba dapat
dibedakan menjadi :
a) Verba yang menduduki fungsi
subjek, misalnya:
i.
Membaca
telah memperluas wawasan berpikirnya.
ii.
Berolahraga
setiap pagi membuat orang itu sehat.
b) Verba yang menduduki posisi
keterangan, misalnya:
i.
Rian sudah
berhenti merokok.
c) Verba yang menduduki posisi
objek, misalnya:
i.
Dia sedang
mengajarkan menari pada adik saya.
ii.
Dia mencoba tidur
lagi tanpa bantal.
c.
Dengan mencermati perilaku semantisnya
Dari sisi
pembentukannya, verba juga dapat dibentuk dari nomina. Verba atau kata kerja
yang demikian ini disebut sebagai verba denominal, misalnya “berbudaya
dan mencangkul” yang dibentuk dari dasar nomina “budaya dan
cangkul”. Selain itu ada juga verba adjektifa, contoh mengakhiri dan
mengawali.
2. Adjektiva
(Kata Sifat)
Kata
sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Berdasarkan bentuknya, kata
sifat dibedakan menjadi:
a. Adjektif
dasar, misalnya cantik, adil, jahat, dll.
b. Gabungan
dua adejktiva, misalnya cantik jelita, aman sentosa.
c. Gabungan
dengan partikel tidak, lebih, sangat, dan agak, misalnya tidak sakit, lebih
sabar, sangat bagus, agak panas.
3. Nomina
(Kata Benda)
Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia,
binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Berdasarkan bentuknya, dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Nomina
dasar yaitu nomina yang belum mendapatkan imbuhan apapun, misalnya gelas, air,
kakak, Kamis, November, Palembang, Rian, dll.
b. Nomina
turunan, yaitu yang sudah mendapatkan imbuhan, misalnya kemasan, pelabuhan,
perusahaan, pepohonan, dll.
4. Pronominal
(Kata Ganti)
Dikatakan
sebagai kata ganti karena sesungguhnya pronomina itu berfungsi menggantikan nomina
yang menjadi antesedennya atau
menggantikan orang, benda, atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti dibedakan
atas:
a. Kata
ganti persona/orang, berfungsi menunjukkan orang baik dalam hitungan tunggal
maupun banyak. Misalnya, saya, kamu, beliau, kita, kami, mereka, dll
b. Kata
ganti penunjuk, berfungsi sebagai penunjuk baik itu umum, tempat, atau hal.
Misalnya, ini, itu, sini, situ, begini, begitu, dll.
c. Kata
ganti penanya, baik itu benda atau orang, waktu, keadaan, atau jumlah.
Misalnya, apa, siapa, kapan, dari mana, bagaimana, berapa, dll.
5. Numeralia
(Kata Bilangan)
Numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya benda (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Kata bilangan
dapat dikelompokkan mnejadi:
a.
Numeralia pokok
atau kardinal, yaitu untuk menjawab pertanyaan “berapa”.
a) numeralia pokok tentu, misalnya saja, 'dua, 'tiga', 'seratus'
b) numeralia pokok kolektif, misalnya, 'ketiga pada
bentuk 'ketiga pemain itu terjatuh, 'berlima' pada bentuk'kamu
berlima.
c) numeralia pokok distributif, misalnya 'satu-satu’ yang
artinya 'satu demi satu' atau 'masing-masing satu'. Bentuk 'setiap' atau 'tiap-tiap' dan 'masing-masing’ adalah nomina distributif.
d) numeralia pokok tak tentu, maksudnya nomina yang jumlahnya tidak pasti.
Numeralia tak tentu tidak dapat digunakan untuk menjawab
pertanyaan 'berapa'. Contohnya adalah 'berbagai', 'segenap',
'seluruh', 'semua.
Di dalam
perbincangan ihwal numeralia pokok atau numeralia cardinal juga ada yang disebut numeralia pokok klitika seperti misalnya, 'ekawarna' atau 'pancawarna. Penulisan
numeralia pokok klitika harus disatukan dengan nomina
yang dilekatinya itu.
b.
Numeralia tingkat adalah
numeralia yang menunjukkan urutan atau tingkatan, yang digunakan untuk menjawab pertanyaan ‘keberapa’.
Misalnya, kata 'kelima' pada bentuk 'pemain kelima' adalah numeralia tingkat.
Bedanya dengan numeralia pokok kolektif adalah
penempatannya, misalnya pada bentuk 'kelima pemain' adalah
numeralia pokok kolektif dan bukan numeralia tingkat atau ordinal.
6. Adverbial
(Kata Keterangan)
Dikatakan keterangan karena kata-kata itu memberikan keterangan pada verba,
adjektiva, nomina predikatif, atau pada kata kalimat secara keseluruhan.
Berdasarkan bentuknya, terdapat dua macam adverbia dalam bahasa Indonesia, yakni :
a. Adverbia monomorfemis,
yaitu karena
adverbial itu hanya terdiri dari satu bentuk, seperti sangat, hanya, segera,
agak, akan.
b. Adverbia polimorfemis,
yaitu karena
bentuknya lebih dari satu morfem, misalnya belum tentu, jangan-jangan,
lebih-lebih, mula-mula.
Dari sisi
perilaku sintaksisnya, adverbial dapat merupakan kata yang mendahului kata yang
diterangkan, seperti pada “puisi itu sangat indah”, kata sangat adalah adverbia
dan tugasnya adalah menjelaskan “indah” yang berada dibelakangnya.
DAFTAR RUJUKAN
Khusnin, 2008. http://khusnin.wordpress.com/2008/09/27/kategori-morfologi-kelas-kata-dalam-bahasa-indonesia/.
Rahardi,
R. Kuntjana. 2010. Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Erlangga dalam Diktat
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
saya mengucapkan banyak terimakasih kepada KY WITJAKSONO yang telah menolong saya dalam kesulitan,ini tidak pernah terfikirkan dari benak saya kalau nomor yang saya pasang bisa tembus dan ALHAMDULILLAH kini saya sekeluarga sudah bisa melunasi semua hutang2 kami,sebenarnya saya bukan penggemar togel tapi apa boleh buat kondisi yang tidak memunkinkan dan akhirnya saya minta tolong sama KY WITJAKSONO dengan senang hati KY WITJAKSONO mau membantu saya..,ALHAMDULILLAH nomor yang dikasih semuanya bener2 terbukti tembus dan baru kali ini saya menemukan dukun yang jujur,jangan anda takut untuk menhubungi jika anda ingin mendapatkan nomor togel yang betul2 tembus atau uang gaib tanpa tumbal seperti saya,silahkan hubungi KY WITJAKSONO di: 0852_2223_1459. ingat kesempat tidak akan datang untuk yang kedua kalinga
BalasHapusKLIK=> TOGEL UANG GAIB TANPA TUMBAL