Rabu, 11 Mei 2016

kelompok 9 memahami karakteristik kalimat efektif



PENYUNTINGAN
MEMAHAMI KARAKTERISTIK KALIMAT EFEKTIF

Oleh Kelompok 9:
Adli Rizal Farabi NIM A1B113088
Eka Aprilina Hasibuan NIM A1B113213
Ruth Cahyaningratri NIM A1B113230

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016

Memahami Karakteristik Kalimat Efektif
a.       Kalimat
1.      Pengertian Kalimat
Kalimat adalah hal yang sangat mendasar bagi siapa saja yang hendak berkecimpung dan menceburkan diri dalam tulis menulis atau karang mengarang. Nah, sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam bahasa resmi, baik itu dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis, harus memiliki unsur pokok yang lazim disebut dengan subjek dan predikat. Kalau tidak memiliki kedua unsur pokok itu, bentuk kebahasaan tersebut bukanlah sebuah kalimat, tetapi hanya frasa atau kelompok kata. Frasa atau kelompok kata adalah satuan sintaksis yang paling kecil. Jadi, harus ditegaskan disini, bukan kata yang menjadi satuan sintaksis terkecil di dalam sintaksis itu, melainkan frasa atau kelompok kata.
            Sintaksis dipahami sebagai cabang ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan ihwal tata kalimat. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa frasa atau kelompok kata itu lazimnya dipahami sebagai gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonfredikatif. Jadi, dalam kontruksi frasa tidak pernah akan ada unsur subjek dan unsur predikatnya. Maka, bentuk ‘anak pintar’ atau ‘mobil mewah’, misalnya saja, adalah frasa atau kelompok kata karena tidak ada satu unsurpun pada bentuk kebahasaan itu yang bersifat predikatif. Jadi di dalam frasa itu semata-mata dibicarakan bagaimana hubungan antara kata yang satu dengan kata lainnya. Dalam bentuk ‘mobil mewah’, misalnya, dapat dijelaskan bahwa hubungan itu adalah hubungan ‘dijelaskan’ dan ‘menjelaskan’.    
Satuan berikutnya yang berada pada tataran di atas frasa atau kelompok kata, yang juga masih berada dalam wajah sintaksis  atau tata kalimat adalah klausa. Klausa merupaka kelompok kata, tetapi di dalam kelompok kata tersebut terdapat setidaknya satu predikat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kontruksi klausa itu bersifat predikatif. Kalimat dapat dipahami sebagai satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulis. Secara lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lemah, disela jeda, dan disudahi dengan intonasi akhir. Secara tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!). ada pula pakar lain mendefinisikan kalimat secara lebih singkat, tetapi ternyata lebih tegas, yakni bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, dan sekurang-kurangnya terdiri dari satu subjek dan satu predikat.
2.      Kalimat secara Gramatik
Secara gramatik, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan majemuk. Kalimat majemuk dapat dibedakan lebih lanjut menjadi kalimat majemuk setara dan tidak setara. Dalam perkembangannya, kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia tersebut dapat pula merupakan gabungan antara kalimat majemuk yang setara dan setara. Kalimat majemuk dalam jenis yang terakhir inilah yang dapat disebut itu sebagai kalimat majemuk gabungan. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Adapun kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari lebih satu subjek dan satu predikat. Dengan kata lain, kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri dari lebih dari satu klausa. Adapula yang mendefinisikan sebagai kalimat yang terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal. Klausa klausa dalam kalimat majemuk setara dihubungkan dengan tanda hubung koordinatif, seperti dan, serta, tetapi, lalu, kemudian, atau. Kalimat majemuk tidak setara adalah, kalimat majemuk yang terdiri dari satu suku kalimat atau satu klausa bebas dan satu atau lebih klausa tidak bebas/terikat. Inti gagasan dalam kalimat majemuk tidak setara selalu ditempatkan pada klausa bebas, yakni sebagai klausa induknya, sedangkan pertaliannya dari sudut pandang waktu, tempat, akibat, sebab, tujuan, syarat, dan lain-lain, selalu ditempatkan pada posisi klausa anak. Jadi di dalam kontruksi kalimat majemuk tidak setara, selalu ditemukan klausa yang menjadi induk dan klausa yang menjadi anak atau anak kalimat. Oleh karena itu, kalimat majemuk tidak setara yang demikian ini sering juga disebut sebagai kalimat majemuk tak setara rapatan. Bentuk seperti ‘Karena sudah makan, mereka boleh pulang.’ Adalah contoh dari kalimat majemuk yang sifatnya rapatan.


3.      Kalimat secara Fungsional
Berdasarkan fungsinya kalimat dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi empat, yakni (1) Kalimat pernyataan/deklaratif; (2) Kalimat pertanyaan/interogatif; (3) Kalimat perintah/ imperatif; (4) Kalimat seruan atau deklamatif. Empat jenis kalimat itu semuanya dapat disajikan secara positif atau afirmatif, dan dapat pula disajikan secara negatif. Empat macam kalimat itu dapat dibedakan berdasarkan pola intonasinya apabila berada pada bahasa ragam lisan. Adapun ragam dalam ragam tulis kalimat-kalimat itu dapat diketahui perbedaannya dari macam-macam tanda baca yang digunakan.  
B. Kalimat Efektif
            Dalam sumber tertentu dikatakan, bhawa ‘efektif’ adalah berhasil guna. Dengan demikian, jika dilihat dari makna kata-katanya, dapat dikatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat tyang berhasil guna. Akan tetapi definisi kalimat efektif ternyata lebih dari sekadar kalimat yang berhasil guna. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran dan benak pembicara atau penulisnya. Jadi dengan kalimat efektif, ide atau gagasan penulis atau pembicara akan dapat diterima secara utuh. Para penyunting bahasa, peneliti, penulis, juga dituntut untuk memahami dan menguasai tataran pemahaman yang lebih tinggi lagi, yakni ihwal.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1.      Kesepadanan struktur
2.       Keparalelan bentuk
3.      Ketegasan makna
4.      Kehematan kata
5.      Kecermatan penalaran
6.      Kepaduan gagasan
7.      Kelogisan bahasa

1.      Kesepadanan Struktur
Kesepadanan struktur adalah keseimbangan antara gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan pikiran ditunjukkan oleh keutuhan dan kepaduan ide atau gagasan pada kalimat itu. adapun kesepadanan struktur dijelaskan oleh kejelasan kejelasan kehadiran subjek atau predikat, tidak adanya subjek yang ganda, tidak adanya konjungsi intrakalimat yang digunakan dalam kalimat tunggal, dan tidak adanya kata ‘yang’ di depan predikat.
Bentuk salah:
-          Kepada para peserta diskusi dipersilahkan masuk.
-          Sebab gubernur tidak menyetujui usulan.
-          Mereka yang menuntut keadilan.
-          Saya saling memaafkan.
Bentuk disunting:
-          Para peserta diskusi dipersilahkan masuk.
-          Gubernur tidak menyetujui ususlan.
-          Mereka menuntut keadilan.
-          Mereka saling memaafkan.
Penjelasan:
Kalimat pertama yang berbunyi, ‘kepada para peserta dipersilahkan masuk’ tidak dapat dianggap sebagai kalimat yang benar karena subjek kalimat itu tidak jelas alias kabur. Kekaburan atau ketidakjelasan kalimat itu disebabkan oleh kalimat preposisi atau kata depan di depan subjek kalimat.
Kalimat yang kedua, ‘Sebab gubernur tidak menyetujui usulan.’ Jelas sekali merupakan kalimat yang tidak benar karena kehadiran konjungsi intrakalimat ‘sebab’ di posisi kalimat awal kalimat sederhana atau tunggal. Dengan kehadiran konjungsi intrakalimat pada posisi awal kalimat sederhana itu akan mengubah status kalimat menjadi klausa.
Kalimat yang ketiga, ‘Mereka yang menuntut keadilan.’ Juga terdapat kesalahan mendasar yang menjadikan kalimat sama sekali tidak efektif. Kesalahan itu adalah pada hadirnya kata ‘yang’ di depan kalimat predikat. Dengan kehadiran kata ‘yang’ di depan predikat kalimat itu, maka berubahlah status kalimat sederhana itu menjadi frasa.
Kalimat keempat, ‘Saya saling memaafkan’ sama sekali tidak dianggap sebagai kalimat yang benar dan efektif. Dari dimensi strukturnya sekilas memang tidak ada persoalan tetapi dari segi maknanya jelas sekali terdapat persoalan yang sangat serius. Tuturan yang tidak sepadan, yakni tidak sepadan dalam dimensi ide atau gagasannya.
2.             Keparalelan Bentuk
Keparalelan bentuk adalah kesamaan atau keparalelan bentuk kata atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, jika dalam kontruksi yang beruntun pada kalimat, bentuk yang pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga pasti menggunakan nomina. Demikian juga kalau bentuk yang pertama menggunakan ajektif, bentuk yang kedua, ketiga dan yang seterusnya juga harus menggunakan ajektif.
Bentuk salah:
-          Harga BBM, minggu ini segera dibakukan kenaikan secara luwes.
-          Penulisan skripsi harus melakukan pertemuan dengan penasihat akademis, mengajukan topik, dan pembimbingan.
Bentuk disunting:
-          Harga BBM minggu ini segera dibakukan dan dinaikan secara luwes.
-          Penulis skripsi harus melakukan pertemuan dengan penasihat akademis, megajukan topik, dan menjalani pembimbingan.
Penjelasan:
Kalimat yang pertama tidak efektif karena didalamnya terdapat bentuk ‘dibakukan dan kenaikan’ yang jelas sekali tidak paralel. Bentuk ‘dibakukan’ merupakan bentuk verba pasif, sedangkan ‘kenaikan’ merupakan nomina.
Kalimat yang kedua, bentuk kebahasaan yang dianggap tidak paralel itu adalah bentuk, ‘melakukan pertemuan dengan penasihat akademis, mengajukan topik dan pembimbingan’. Bentuk yang demikian itu dianggap tidak paralel karena susunan kontruksinya adalah verba-verba-verba atau nomina-nomina-nomina.
3.      Ketegasan Makna
Ketegasan makna adalah perlakuan penonjolan pada gagasan pokok kaqlimat tersebut. Dengan kata lain, gagasan yang hendak ditonjolkan itu harus diletakkan pada posisi depan pada sebuah kalimat.penegasan makna atau maksud kebahasaan itu dapat dilakukan dengan 5 cara yaitu: 1). Meletakkan bagian yang hendak ditonjolkan itu ke bagian depan kalimat. 2). Membuat urutan kata-kata yang bertahap. 3). Membuat pengulangan secara profesional. 4). Membuat pertentangan atas ide atau pikiran yang ditonjolkan. 5). Menggunakan beberapa partikel penegas/penekan.
Berikut contoh kalimat yang memenuhi standar penegasan makna itu:
-          Saya suka kecantikannya, saya suka kelembutannya, saya suka senyumnya.
-          Dialah pelaku pembunuhan 7 gadis di Surabaya tahun lalu.
-          Jangankan 1 juta, 500 ribu, 200 ribu, 100 ribu saja dia tidak punya.
Kalimat yang pertama menegaskan maksud dengan mengulang kata ‘saya suka’. Jadi pasti kalimat ini memberikan penekan pada entitas kebahasaan itu, bukan pada entitas kebahasaan yang lainnya.
Kalimat yang kedua membuat penegasan dengan cara memerantikan partikel penegas ‘lah’. Penegasan makna dengan pemerantian partikel dapat dilakukan dengan cara yakni dengan ‘lah’ dan dengan ‘pun’.
Kalimat ketiga, penegasan itu dilakukan dengan model penahapan, tetapi penahapannya bersifat menurun.
4.      Kehematan Kata
Hemat kata-kata, atau yang pendek bentuknya tidak selalu bersifat efektif. Jadi prinsip ketercukupan dalam pemakaian bentuk-bentuk kebahaaan jika memang tuturan itu harus dibuat pendek, kenapa harus dibuat berpanjang-panjang. Kalimat yang berciri hemat dan efektif harus ada: 1). Penghilangan pengulangan subjek. 2). Penghilangan superordinat. 3). Penghindar kesinoniman.
Bentuk salah:
-          Sat ini, Sally memakai baju berwarna merah jingga.
-          Banyak anak-anak berkeliaran di jalan menuju lokasi kejadian.
-          Buku itu saya sudah membaca.
-          Dia sedang mengambili buku di mejanya.
-          Sekarang ini ia sedang membersihkan mobilnya di halaman belakang.
Bentuk disunting:
-          Saat ini, Sally memakai baju merah jingga.
-          Banyak anak berkeliaran menuju lokasi kejadian.
-          Saya sudsah membaca buku itu.
-          Sekarang ini ia mrmbersihkan mobilnya di halaman belakang.
5.      Kecermatan dan Kesantunan
Bahasa yang cermat pertimbangan dimensi-dimensi konteksnya, biasanya juga adalah bahasa yang cenderung bersifat santun. Dengan bahasa yang benar-benar bersifat santun demikian itu, hubungan yang harmonis dan relasi yang cenderung bersifat positif akan dapat terjadi dengan baik. Berikut bentuk kebahasaan yang memiliki kecermatan dan kesantunan yang rendah:
Bentuk salah:
-          Yang diceritakan buku itu menceritakan putri raja.
-          Banjir di jakarta membanjiri wilayah perbelanjaan.
-          Wajahmu norak persis seperti hantu kesiangan.
-          Mobil barumu bagus tapi ppersis gerobak.
Bentuk disunting:
-          Buku itu menceritakan para putri raja.
-          Banjir di jakarta meluapi wilayah perbelanjaan.
-          Wajahmu kurang menarik.
-          Mobil barumu bagus.

6.      Kepaduan Makna
Bentuk kebahasaan yang ‘padu’ adalah bentuk kebahasaan yang ‘tidak terpecah-pecah.’ Atau bentuk kebahasaan yang ‘bersatu.’ Kebersatuan atau kepaduan bentuk-bentuk kebahasaan demikian itu jelas sekali akan sangat berpengaruh terhadap makna atau maksud sebuah bentuk kebahasaan.
Bentuk salah:
-          Kita harus memperhatikan daripada kehendak rakyat.
-          Rapat pimpinan hari ini membicarakan tentang upah karyawan.
Bentuk disunting:
-          Kita harus memperhatikan kehendak rakyat.
-          Rapat pimpinan hari ini mebicarakan kenaikan upah karyawan.

7.      Kelogisan Makna
Kelogisan makna sangat berkaitan dengan ‘nalar‘, maka sesungguhnya dapat dikatakan pula bahwa kalimat yang logis itu sesungguhnya adalah kalimat yang bernalar. Kalimat yang logis atau kalimat yang bernalar adalah kalimat yang ide atau gagasannya sejalan dengan akal dan nalar yang benar dan berlaku universal.
Bentuk salah:
-          Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini dengan...
-          Kepada bapak direktur, wakktu dan tempat dipersilahkan.
-          Mayat mahasiswi yang meninggal sering bergentayangan di kampus ini.
-          Di sini di jual sup buntut, sup brenebon, dan kaki sapi.
Bentuk disunting:
-          Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini dengan....
-          Bapak Direktur, waktu dan tempat dipersilahkan.
-          Arwah mahasiswi yang meninggal itu sering bergentayangan di kampus ini.
-          Di sini di jual sup buntut, sup brenebon, dan sup kaki sapi.
  

C. Kalimat Baku
Bahasa baku merupakan salah satu ragam di dalam bahasa Indonesia. Perlu diketahui oleh para penulis, peneliti, penyunting bahasa bahwa di dalam bahasa Indonesia sesungguhnya terdapat banyak ragam bahasa. Kalimat baku sesungguhnya merupakan bagian dari bahasa ragam baku tersebut.
1.      Ejaan yang Benar
Bentuk salah:
-          Siapakah nama anda?
-          Saya harus memiliki buku ini. Sekalipun harganya mahal.
Bentuk disunting:
-          Siapakah nama Anda?
-          Saya harus memiliki buku ini, sekalipun harganya mahal.
2.      Fungsi-fungsi Kalimat Eksplisit
Bentuk salah:
-          Menutur seorang ahli ekonomi mengatakan bahwa Indonesia akan segera berubah.
-          Pada wisuda sarjana kemarin dimeriahkan dengan pertunjukan band remaja.
Bentuk disunting:               
-          Seorang ahli ekonomi mengatakan bahwa Indonesia akan segera berubah.
-          Wisuda sarjana kemarin dimeriahkan dengan pertunjukan band remaja.

3.      Struktur dan Ukuran Kata Benar
Bentuk salah:
-          Surat Anda saya sudah pernah baca.
-          Andy membelikan pulsa adiknya.
Bentuk disunting:
-          Saya sudah pernah membaca surat Anda.
-          Andi membelikan adiknya pulsa.
4.      Struktur Tidak Rancu
Bentuk salah:
-          Sudah berulang kali saya menjelaskan kepadanya.
-          Setiap kali bertemu mereka saling pandang-memandang.
Bentuk disunting:
-          Sudah berulang-ulang saya menjelaskan kepadanya.
-          Setiap kali bertemu mereka saling memandang.
5.      Kata-kata Baku
Bentuk salah:
-          Ia sedang membikin laporan keuangan.
-          Sekretarisnya barusan pulang.
Bentuk disunting:
-          Ia sedang membuat laporan keuangan.
-          Sekretarisnya baru saja pulang
6.      Bentuk-bentuk Tepat
Bentuk salah:
-          Ia sedang menginventarisir perabot-perabot kantor.
-          Direktur itu membawahi beberapa manajer.
Bentuk disunting:
-          Ia sedang menginventarisasi perabot-perabot kantor.
-          Direktur itu membawahkan beberapa manager.
7.      Verba Ditulis Lengkap
Bentuk salah:
-          Para wanita perlu hati-hati jika melewati lorong.
-          Mereka ngomong-ngomong dari tadi.
Bentuk disunting:
-          Para wanita perlu berhati-hati jika melewati lorong.
-          Mereka beromong-omong dari tadi.
8.      Konjungsi yang Posisinya Tepat
Bentuk salah:
-          Sehingga dia tidak bersedia meneruskan kuliahnya.
-          Padahal tiga hari yang lalu mahasiswa ini masih segar bugar.
Bentuk disunting:
-          …sehingga dia tidak bersedia meneruskan kuliahnya.
-          …padahal tiga hari yang lalu mahasiswa itu masih segar bugar.
9.      Tidak Berkonstruksi Partisip
Bentuk salah:
-          Ditanya oleh direktur, dia tidak dapat menjawab dengan benar.
-          Berjalan ke arah kerumunan itu, dia tersandung batu lalu jatuh tertelentang.
Bentung disunting:
-          Saat ditanyai oleh direktur, dia tidak dapat menjawab dengan benar.
-          Setelah berjalan kearah kerumunan itu, dia tersandung batu lalu jatuh tertelentang.
10.   Tidak Mereduksi Bentuk Idiomatis
Bentuk salah:
-          Terkait proyek pelebaran jalan itu, pedagang-pedagang kaki lima harus direlokasikan.
-          Seiring kedatangan manajer yang baru, sekretaris juga mendapatkan peranti-peranti kantor baru.
Bentuk disunting:
-          Terkait dengan proyek-proyek pelebaran jalan itu, pedagang-pedagang kaki lima harus direlokasikan.
-          Seiring dengan kedatangan manager yang baru, sekretaris juga mendapatkan peranti-peranti kantor baru.
11.  Tepat Menggunakan Bentuk Korelatif
Bentuk salah:
-          Baik mahasiswa baru atau mahasiswa lama dikenakan peraturan yang sama.
-          Tidak hanya jabatan melainkan kekayaan juga dia korbankan.
Bentuk disunting:
-          Baik mahasiswa baru maupun mahasiswa lama dikenakan peraturan yang sama.
-          Bukan hanya jabatan melainkan kekayaan juga dia korbankan.
12. Tidak Berkonjungsi Ganda
Bentuk salah:
-          Karena harga terus melambung tinggi maka rakyat menderita kelaparan.
-          Kalau semester ini saya tidak lulus maka tahun depan belum dapat bekerja.
Bentuk disunting:
-          Karena harga terus melambung tinggi, rakyat menderita kelaparan.
-          Kalau semester ini saya tidak lulus, tahun depan belum dapat bekerja.

2 komentar:

  1. Balasan
    1. saya mengucapkan banyak terimakasih kepada KY WITJAKSONO yang telah menolong saya dalam kesulitan,ini tidak pernah terfikirkan dari benak saya kalau nomor yang saya pasang bisa tembus dan ALHAMDULILLAH kini saya sekeluarga sudah bisa melunasi semua hutang2 kami,sebenarnya saya bukan penggemar togel tapi apa boleh buat kondisi yang tidak memunkinkan dan akhirnya saya minta tolong sama KY WITJAKSONO dengan senang hati KY WITJAKSONO mau membantu saya..,ALHAMDULILLAH nomor yang dikasih semuanya bener2 terbukti tembus dan baru kali ini saya menemukan dukun yang jujur,jangan anda takut untuk menhubungi jika anda ingin mendapatkan nomor togel yang betul2 tembus atau uang gaib tanpa tumbal seperti saya,silahkan hubungi KY WITJAKSONO di: 0852_2223_1459. ingat kesempat tidak akan datang untuk yang kedua kalinga
      KLIK=> TOGEL UANG GAIB TANPA TUMBAL

      Hapus