MEMAHAMI
IHWAL PARAGRAF SEBAGAI PERANTI MENYUNTING NASKAH
DISUSUN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENYUNTINGAN
Dosen : Prof. Dr. Jumadi, M.Pd.
MUHAMMAD
YUSUF NUR AKBAR (A1B113215)
EVA
YULINDA SARI (A1B113234)
RENNY
HERAWATI (A1B113205)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN
2016
MEMAHAMI IHWAL PARAGRAF SEBAGAI
PERANTI MENYUNTING NASKAH
1.1 Ihwal Paragraf
Pengertian paragraf secara visual paragraf atau alenia
dibagi menjadi dua hal:
1.
Baris pertama ditulis/diketik menjorok kedalam sebanyak lima ketukan dari
marjin kiri
2.
Selalu diawali dari baris baru.
Jadi
paragraf merupakan bagian karangan tulis yang merupakan satu kesatuan pikiran,
ide, dan gagasan. Adapaun kesatuan pikiran/ide/gagasan yang dilisankan disebut paratone. Jadi
paratone dan paragraf sesungguhnya merujuk pada hal yang sama yakni kesatuan
pengungkapan pikiran, ide dan gagasan.
Setiap
paragraf dan paratone dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok harus dikemas
sebuah kalimat, yakni kalimat topic dan kalimat utama. Dari kalimat
topik/kalimat utama kalimat penjelas itu dituliskan secara terperinci.
Frank
Chaplen (dalam Rosihan anwar.2004) mengatakan bahwa paragraf yang baik ialah
paragraf yang memungkinkan pembaca memahami kesatuan informal yang terkandung
didalamnya. Paragraf juga dapat dikatakan baik apabila pokok yang mengendalikan
paragraf itu sudah sepenuhnya dekembangkan dan tuntas diuraikan. Jadi paragraf
yang baik itu tidak boleh menyisakan serpihan gagasan yang terkandung di dalam ide pokok
paragraf itu. Misalnya saja kalu ide pokoknya tentang “tiga sebab kemiskinan
maka paragraf itu harus tuntas menguraikan ketiga sebab tersebut. Kalau hanya
satu sebab atau dua sebab yang dijabarkan, paragraf tersebut jelas bukan
merupakan yang baik.
Paragraf
dibawah ini merupakan contoh paragraf yang baik karena sejalan dengan definisi
paragraf dan pemahaman yang disampaikan diatas.
Contoh
:
Penelitian
kompetensi korespondensi dalam bahasa Inggris bisnis korespondensi bahasa
Inggris social dan korespondensi bahasa Inggris legal ini dilakukan atas tiga
dasar berikut. (1) penelitian kompetensi korespondensi bahasa Inggris yang
tepat akan menghasilkan luaran penelitian yang tepat pula. Luaran penelitian
yang tepat demikian itu pasti dapat digunakan sebagai pijakan dasar dalam
menyusun buku ajar yang berbobot, berkualitas, dan benar-benar sejalan dengan
tuntutan kompetensi dan kebutuhan dunia kerja yang dibutuhkan oleh para
pengguna jasa. (2) penelitian kompetensi korespondensi bahasa Inggris yang
tepat juga harus dapat memberikan gambaran yang tepat tetang kompetensi
mahasiswa dalam berkorespondensi bahasa Inggris yang tepat pula termasuk
didalamnya, mampu mengidentifikasi masalah-masalah kebahasaan dan
kendala-kendala luar kebahasaan yang selama ini sangat berpengaruh terhadap
kompetensi korespondensi bahasa Inggris mahasiswa. (3) gambaran kompetensi yang
dibutuhkan dan dituntut oleh para pengguna jasa dan oleh dunia kerja, dan
parian kompetensi yang tepat ihwal kendala-kendala kebahasaan dan luar
kebahasaan yang di alami oleh para mahasiswa, dapat dijadikan pijakan dasar
dalam menyusun buku ajar yang memenuhi kebutuhan dan tuntutan kompetensi secara
tepat.
Akan
tetapi jika paragraf diubah konstruksinya menjadi seperti paragraf berikut ini
kita harus mengatakan bahwa paragraf itu tidak benar.
Contoh
:
Penelitian
kompetensi korespondensi dalam bahasa Inggris bisnis korespondensi bahasa
Inggris social dan korespondensi bahasa Inggris legal ini dilakukan atas tiga
dasar berikut. (1) penelitian kompetensi korespondensi bahasa Inggris yang
tepat akan menghasilkan luaran penelitian yang tepat pula. Luaran penelitian
yang tepat demikian itu pasti dapat digunakan sebagai pijakan dasar dalam
menyusun buku ajar yang berbobot, berkualitas, dan benar-benar sejalan dengan
tuntutan kompetensi dan kebutuhan dunia kerja yang dibutuhkan oleh para
pengguna jasa
1.2. Unsur- Unsur Paragraf
Seperti
halnya bahasa pada umumnya yang memiliki unsur-unsur lahiriah (kalimat, frasa,
kata dll) dan non lahiriah (makna atau maksud), paragraf juga memiliki
unsur-unsur itu. Unsur lahiriah paragraf juga berupa kalimat, frasa, kata dll;
sedangkan unsur non lahiriah paragraf berupa makna atau maksud penulis yang
dikandung di dalam keseluruhan jiwa paragraf itu. Secara lahiriah khususnya,
paragraf non naratif, lazimnya paragraf tersusun dari (1) kalimat topik atau
kalimat utama; (2) kalimat epngembang atau kalimat penjelas; (3) kalimat
penegas; (4) kata transisi. Dalam paragraf naratif, ide pokok paragraf tersebar
di dalam keseluruhan kalimat yang membangun paragraf tersebut. Jadi paragraf
naratif tidak selalu harus mengikuti ciri-ciri lahiriah paragraf seperti
disebutkan itu. Unsur-unsur lahiriah paragraf haruslah padu; unsur non lahiriah
paragraf juga harus satu. Kepaduan lahiriah disebut koherensi; kesatuan non
lahiriah paragraf disebut kohesi.
Berkaitan
dengan unsur-unsur paragraf seperti ditunjukkan di depan, silahkan cermati
cuplikan paragraf sebuah karya ilmiah yang disusun sendiri oleh penulis. Coba
lihat apakah memang jelas ide pokok dan kalimat utama atau kalimat topiknya.
Demikian pula apakah kalimat mayor dan minornya disampaikan dengan jelas.
Contoh
:
Facebook
telah manjadi teman dekat bagi anak muda sekarang. Mulai dari bangun pagi
sampai tidur terus pasti tidak lepas untuk menyempatkan diri untuk meng-update
status. Mengobrol bersama teman lain di Facebook juga merupakan kegemaran
mereka di kala sedang jenuh. Facebook menjadi sarang berita terbaru, mencari
teman, sampai ada juga yang mencari jodoh. Facebook memang benar-benar menjadi
teman dekat bagi anak muda.
1.3. Struktur Paragraf
Paragraf
non naratif, seperti juga paragraf-paragraf dalam karya ilmiah, dapat disusun
dengan kemungkinan-kemungkinan berikut. (1) struktur 1, 2, 3, 4; (2) struktur
1, 2, 3; (3) struktur 1, 2; (4) struktur 2, 1; (5) struktur 2, 4, 1; (6)
struktur 1, 4, 2, 3; (7) struktur 2, 3, 4, 1. Jadi kalimat topik/atau kalimat
utama paragraf hanya dimungkinkan muncul di depan sendiri, atau sebaliknya di
bagian belakang sendiri.Di dalam referensi lain, ada juga jenis paragraf yang
kalimat topik atau kalimat utamanya diletakkan baik dibagian awal awal maupun
di bagian akhir paragraf. Paragraf yang demikian itu dinamakan paragraf abduktif.
1.4. Tekhnik penerapan paragraf
1)
Paragraf deskriptif
Paragraf
jenis ini disebut juga paragraf lukisan yakni melukiskan atau menggambarkan apa
saja yang dilihat di depan mata penulisnya. Contoh paragraf deskriptif berikut
ini silahkan dicermati. Coba perhatikan apa ketentuan yang harus di penuhi
dalam paragraf deskriptif.
Contoh
:
Jika
anda sedang berada di kota Nganjuk di provinsi Jawa Timur tidak akan pernah
lengkap tanpa rasanya jika tidak mencoba mengunjungi salah satu obyek wisata
terkenal di kota tersebut yaitu, Air Terjun Sedudo. Air Terjun Sedudo merupakan
sebuah obyek wisata yang terletak di kaki gunung Wilis yang megah. Air terjun
dengan ketinggian mencapai 1.438 meter di atas batas permukaan air laut
tersebut, merupakan destinasi wisata keluarga dan juga out bond yang sangat
menarik untuk dikunjungi. Pemandangan alam sekitar yang masih sangat hijau juga
merupakan suguhan spesial disamping derasnya air bening meluncur dari celah diatas
lereng gunung. Terdapat sungai kecil yang mengalir dibawah air terjun tersebut,
airnya yang jernih pastinya akan sangat menggoda para pelancong untuk segera
merasakan masuk dan merasakan dingin dan segarnya air pegunungan.
2)
Paragraf ekspositoris
Paragraf
ini disebut juga paragraf paparan. Tujuannya adalah untuk menampilkan atau
memaparkan sosok objek tertentu yang hendak dituliskan. Penyajiannya tertuju
pada satu unsur dari objek itu saja, dan tekhnik pengembangannya dapat
menggunakan analisis kronologis maupun analisis keuangan. Contoh paragraf
ekspositoris adalah sebagai berikut.
Contoh
:
Menaruh
hand phone di tempat tidur sangatlah berbahaya. Banyak dampak – dampak buruk
yang dapat ditimbulkan karena Hand phone akan mengeluarkan sinar radiasi yang
akan mengenai otak kita. Sinar radiasi ini akan mengakibatkan kanker pada otak
karena sinar tersebut akan memacu pertumbuhan sel – sel kanker di otak. Selain
mengenai otak, radiasi tersebut bisa mengenai bagian lain seperti tubuh, perut,
dan pinggul. Sama halnya dengan yang terjadi pada otak, sinar radiasi akan
memacu sel – sel kanker untuk tumbuh. Jika mengenai bagian tubuh, maka akan
mengakibatkan kanker paru – paru, dan jantung. Jika yang terkena bagian perut,
maka ada kemungkinan timbul kanker hati. Jika yang terkena bagian panggul, akan
mengakibatkan kanker prostat, dan lain – lain. Tak hanya membahayakan
kesehatan, menaruh hand phone di tempat tidur juga bisa menimbulkan cedera pada
tubuh karena bagian kerasnya bisa membentur tubuh kita saat kita tertidur.
Demikianlah dampak – dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan buruk
ini.
3)
Paragraf argumentatif
Pragraf
ini sering juga disebut paragraf persuasif. Tujuannya adalah untuk membujuk dan
meyakinkan pembaca tentang arti penting dari objek tertentu yand dijelaskan
dalam paragraf itu. Untuk lebih jelasnya simaklah contoh paragraf berikut ini.
Contoh
:
Saat
ini sampah berserakan di mana-mana. Hal ini bisa kita lihat di sekeliling kita.
Sampah-sampah tersebut biasanya berasal dari orang-orang yang tidak bertanggung
jawab dan malas membuang sampah pada tempatnya. Sampah-sampah yang berkumpul
itu menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mencemarkan udara. Selain itu,
tumpukan sampah tersebut menjadi sarang berbagai macam penyakit yang sangat
berbahaya. Sumber penyakit tersebut akan terbawa dengan udara sehingga akan
terhirup oleh kita. Akibatnya, kita akan menjadi sakit dan tentunya juga akan
menular kepada orang lain yang menghirup udara yang sama tersebut.
4)
Paragraf Naratif
Paragraf
naratif berkaitan sangat ert dengan penceritaan atau pendongengan dari sesuatu.
Paragraf naratif banyak ditemukan dalam cerita pendek, novel, hikayat dll.
Tujuan utamanya adalah untuk menghibur para pembaca, kadangkala membawa pembaca
dan berpetualang bersama dengan apa yang dinarasikan.
Silahkan
cermati paragraf berikut
“Susur
Pantai Suak – Tarahan” BAT
Rekreasi
sekaligus petualangan
Minggu,
10 Mei 2015, pukul 06.00 pagi, peserta perjalanan surur pantai Suak – Tarahan
sudah mulai berkumpul di sekretariat BAT (Babul Hikmah Advnture Team). Satu jam
kemudian, rombongan berangkat menuju pantai Suak, dengan menggunakan minibus
carry. Hujan deras mengguyur para rombongan saat tiba di pantai Suak, tepatnya
pukul 08,00 pagi.
Setelah
melakukan sedikit persiapan dan pengecekan, perjalananpun dimulai. Derasnya air
hujan dan terjalnya pantai yang bertebing tidak mengecilkan hati para peserta
perjalanan surur pantai. Acara susur pantai Suak – Tarahan ini merupakan salah
satu acara rutin tahunan dari BAT (Babul Hikmah Adventure Team). Acara susur
pantai kali ini hanya diikuti oleh 15 orang.
Para
anggota BAT mengikuti kegiatan susur pantai dengan penuh semangat. Mereka tidak
menyangka bahwa dengan menyusuri pantai dapat menjadi ajang rekreasi dari
rutinitas kegiatan pembelajaran di kelas sehari-hari.
Selain
menyusuri pantai dan menikmati indahnya pemandangan pantai dan lautan yang
terbentang luas, para peserta juga diajak untuk mengambil sampah-sampah yang
mencemari pantai sepanjang perjalanan.
Setelah
lebih kurang 5 jam menyusuri pantai Suak – Tarahan dan berbasah ria tentunya,
tepatnya pukul 13.00 siang para rombonga telah sampai di desa Tarahan yang
menjadi tempat finish kegiatan penelusuran tersebut. Kemudian dilanjutkan
dengan acara diskusi dan ramah tamah serta persiapan untu pulang karena mobil
jemputan sudah menunggu.
5.
Paragraf karangan
1)
Paragraf pembuka
Paragraf
ini adalah paragraf pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan
yang akan menyusul kemudian di dalam sebuah karangan. Berikut ini disajikan
beberapa tips untuk menarik pembaca dalam paragraf pembuka.
1.
menyampaikan berita hangat
2.
menyampaikan anekdot
3.
memberikan latar belakang dengan suasana yang pas
4.
memberikan contoh konkret berkenaan dengan pokok pembicaraan
5.
mengawali karangan dengan suatu pernyataan yang tegas
6.
mengungkapkan materi yang belum terungkap
7.
mengungkapkan peristiwa luar biasa
Berikut
ini adalah contoh paragraf pembuka :
Air raksa termasuk salah satu logam berat,
dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah, logam berat ini umumnya sudah
beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Beberapa logam berat
lainnya adalah magnesium (Mg), timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium (Cr), dan
besi (Fe). Air raksa (Hg) diperlukan untuk pertumbuhan kehidup-an biologis,
tetapi dalam jumlah berlebihan akan bersifat racun. Oleh karena itu, keberadaan
logam berat perlu mendapat pengawasan, terutama dari segi jumlah kandungannya
di dalam air (Noviardi drr., 2007). Air raksa dalam kondisi temperatur kamar
berbentuk zat cair, bila terjadi kontak dengan logam emas akan membentuk
larutan padat (Sevruykov drr., 1960). Larutan padat biasa disebut amalgam,
yaitu merupakan paduan antara air raksa dengan beberapa logam (emas, perak,
tembaga, timah, dan seng).(Halaman 140 pada pendahuluan paragraf ke-1)
2)
Paragraf pengembang
Paragraf
ini mengembangkan ide pokok pembicaraan yang sudah dirancang. Paragraf ini
mengemukakan inti persoalan yang hendak dikemukakan di dalam sebuah karangan.
Paragraf
ini merupakan contoh dari paragraf pengembang :
Pengolahan bijih emas di daerah Waluran Sukabumi dilakukan dengan
metode amalgamasi cara langsung yaitu dengan memasukkan secara bersama-sama
bahan/material yang digunakan (bijih emas, media giling, kapur tohor, air, dan
air raksa) pada awal pengolahan, sehingga air raksa yang digunakan cepat rusak
menjadi butir-butir kecil karena air raksa mendapat tekanan/gesekan antara
media giling dengan media giling atau antara media giling dengan dinding bagian
dalam tabung amalgamasi. Air raksa yang rusak menjadi butir-butir kecil pada
gilirannya akan mengurangi daya ikat terhadap emas, sehingga menghilangkan air
raksa yang cukup banyak sewaktu dilakukan pemisahan amalgam dengan
ampas (tailing) hasil pengolahan melalui pendulangan, selain itu
perolehan emasnya tidak optimal.(Halaman 146 pada diskusi paragraph ke-2)
3) paragraf penutup
Pragraf
ini merupakan kesimpulan dari pembacaan yang telah di paparkan pada bagian
bagian sebelumnya. Paragraf ini bisa berupa rangkuman atau mungkin sebuah
penegasan ulang dari hal pokok yang telah di paparkan .
Paragraf
ini merupakan contoh dari paragraf penutup :
Hasil seluruh penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat
adalah: air raksa 0,188 mg/l, besi 0,320 mg/l, mangan 0,012 mg/l, tembaga 0,015
mg/l, seng 0,022 mg/l, timbal 0,018 mg/l. Kadar merkuri, logam Fe, serta logam
lainnya begitu tinggi karena pendulangan untuk memisahkan amalgam dengan
ampas hasil pengolahan dilakukan di sungai. Ampas yang terbuang ke sungai itu
mengandung logam-logam berat yang tidak terikat oleh air raksa membentuk amalgam.
Keracunan karena merkuri dapat menyebabkan kerusakan saraf di otak,
terganggunya fungsi ginjal dan hati, serta merusak janin pada wanita hamil.
Konsentrasi logam berat Mn, Cu, Pb, dan As masih berada di bawah nilai
maksimum kriteria air Kelas I (air baku untuk minum), tetapi untuk besi (Fe)
sudah di atas nilai maksimum kriteria air Kelas I. Konsentrasi Fe di lokasi
pengamatan ini berada di atas ambang batas kriteria air Kelas I (air baku untuk
minum). Logam Fe merupakan unsur hara mikro yang diperlukan tumbuhan. Bagi
tubuh manusia, Fe dibutuhkan dalam konsentrasi kecil, tetapi akan menjadi racun
dalam jumlah besar. Meskipun air sungai tidak dikonsumsi langsung oleh manusia,
namun air sungai tersebut dipergunakan sebagai sarana irigasi.(Halaman 149
pada kesimpulan pargaraf pertama
6.
Pengembangan Paragraf
1).
Pola runtutan ruang dan waktu
Pola
ini biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu kejadian/peristiwa atau cara
membuat sesuatu, selangkah demi selangkah digambarkan menurut perturutan ruang
dan waktu.
2).
Pola sebab-akibat
Pola
ini biasanya digunakan di dalam karangan-karangan ilmiah untuk mengemukakan
alasan tertentu berikut justifikasinya, menerangkan alasan terjadinya sesuatu,
menjelaskan suatu proses yang berpautan dengan sebab dan akibat dari terjadinya
hal-hal tertentu.
3).
Pola susunan pembanding
Pola
pembanding ini digunakan untuk memperbandingkan dua hal atau dua perkara, bahkan
juga bisa lebih, yang di satu sisi memiliki kesamaan sedangkan pada sisi yang
lain mengandung perbedaan.
4).
Pola susunan ibarat
Pola
ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu hal yang memiliki keserupaan atau
kemiripan dengan hal tertentu. Di dalam jenis paragraf ini orang sering
menggunakan bentuk-bentuk peribaratan, personifikasi, metafora, dan lain-lain.
5).
Pola susunan daftar
Pola
ini lazimnya digunakan dalam karya-karya ilmiah dan keteknikan yang sering kali
harus mengemukakan informasi dalam bentuk-bentuk daftar, table, grafik, dan
semacamnya.
6).
Pola susunan contoh
Kemampuan
menulis paragraf yang tersusun dengan baik dan singkat sangat perlu bagi
keberhasilan siswa di hampir semua satuan pendidikan (formal dan non formal).
Misalnya, dalam menyiapkan laporan tentang eksperimen laboratorium, seorang
warga belajar harus menyajikan kesimpulannya dalam susunan yang logis dan
dengan bahasa yang jelas agar memperoleh nilai yang baik untuk pekerjaannya.
7).
Pola susunan bergambar
Gambar
atau ilustrasi tertentu dimaksudkan untuk memperjelas apa yang telah atau akan
dituliskan di dalam sebuah paragraf. Pola susunan bergambar juga sangat lazim
ditemukan dalam karya-karya ilmiah.
7.
Penjamin Koherensi dan Kohesi paragraf
Kalimat-kalimat
di dalam sebuah paragraf harus berkaitan antara yang satu dan yang lainnya.
Keberkaitan itu harus mencangkup dua macam hal, yakni bentuk maupun isinya.
Bilamana keberkaitan dalam hal bentuk dan isi paragraf itu dibangun, maka
paragraf semacam itu dapat disebut sebagai paragraf yang kohesif dan koheren.
Kepaduan paragraf juga dapat diciptakan dengan pemanfaatan kata-kata transisi
seperti ditunjukkan berikut ini.
1).
Kata transisi penunjuk hubungan tambahan : lebih
lagi, selanjutnya, tambah pula, di samping itu, lalu, berikutnya, demikian
pula, begitu pula, lagi pula.
2).
Kata transisi penunjuk hubungan pertentangan : akan tetapi, namun, bagaimana pun, walaupun, sebaliknya, lain halnya.
3).
Kata transisi penunjuk hubungan perbandingan : sama dengan itu, sehubungan dengan itu, dalam hal yang demikian itu.
4).
Kata transisi penunjuk hubungan akibat : oleh
sebab itu, jadi, akibatnya, oleh karena itu, maka, karenanya.
5).
Kata transisi penunjuk hubungan tujuan : untuk
itu, untuk maksud itu, untuk tujuan itu.
6).
Kata transisi penunjuk hubungan singkatan : singkatnya,
pendeknya, akhirnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.
7).
Kata transisi penunjuk hubungan tempat dan waktu : sementara itu, segera setelah itu, berdekatan dengan itu, berdampingan
dengan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar