MEMAHAMI
KASUS-KASUS KESALAHAN BERKAITAN DENGAN PENGGUNAAN KALIMAT
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuntingan
Dosen : Prof. Dr. Jumadi, M.Pd.
OLEH
KELOMPOK 10:
MEGA
PUZA (A1B113099)
LUTHFIA
SAFITRI (A1B113221)
ARDIAN
PUTRA GANI SILITONGA (A1B113231)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin dengan memanjatkan
puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Kasus-Kasus Lanjutan Berkaitan dengan Kalimat”
dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Penyuntingan.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing Prof. Dr. Jumadi, M.Pd. yang telah
memberikan kesempatan untuk menulis makalah ini hingga selesai dan lancar. Orangtua
di rumah yang telah memberikan bantuan materil maupun doanya, teman-teman yang
selalu memberikan semangat sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi pembaca dan penulis. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis
sampaikan terimakasih.
Banjarmasin, 14 Mei 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belang Masalah
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud
lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda,
dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud
tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda tanya, atau tanda seru.
Kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia adalah kalimat yang dapat ditangkap dan mudah dipahami oleh pembaca,
menghayati masing-masing tuturan itu. Keterpahaman menjadi salah satu kriteria
kalimat efektif. Kriteria lainnya adalah kelaziman. Pemakaian kata, susunan
frase, dan kalimat tertentu dipandang lazim dalam ragam bahasa tertentu, namun
belum tentu lazim dalam ragam bahasa lain.
Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki
kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara. Hal ini
berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya
informasi yang diinginkan penulis terhadap pembacanya. Jadi, yang dimaksud
kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pembicara
atau penulis (Gorys Keraf, 1980: 36).
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian kalimat?
2.
Apa
yang termasuk unsur-unsur kalimat?
3.
Bagaimana
kesalahan dalam penulisan kalimat.
1.3 Tujuan
Penelitian
1.
Mengetahiu pengertian kalimat.
2.
Mengetahui unsur-unsur dealam kalimat.
3.
Mengetahui kesalahan suatu kalimat.
1.4 Manfaat
Penelitian
1.
Sebagai bahan pelajaran tambahan bagi
mahasiswa dalam proses belajar.
2.
Sebagai salah satu panduan dalam menyusun
kalimat yang benar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah serangaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah yang
berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif
lengkap. Kalimat terdiri dari konstituen dasar dan intonasi final,sebab
konjungsi bila diperlukan (Abdul Chaer,2009: 45). Kesatuan kalimat dalam bahasa
tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri
dengan penggunaan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir
kalimat.Ramlan (2005: 23) satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nada akhir turun atau naik disebut kalimat.
Kalimat
bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi kalimat majemuk setara (klausa
koordinatif) dan kalimat majemuk bertingkat (klausa subordinatif). Struktur
kalimat tunggal terdiri atas tujuh bentuk, yaitu (1) S-P, (2) S-P-O, (3)
S-P-Pel, (4) S-P-O-Pel, (5) S-P-K, (6) S-P-O-K, dan (7) S-P-O-Pel-K. Sementara
itu, struktur kalimat majemuk setara adalah S-P konjungsi koordinatif +
S-P, sedangkan struktur kalimat majemuk bertingkat adalah anak
kalimat + induk kalimat atau induk kalimat+ induk
kalimat. Anak kalimat biasanya berada di bawah payung objek,
keterangan, atau subjek sehingga anak kalimat sering pula disebut klausa
bawahan, sedangkan induk kalimat merupakan klausa inti
2.2. Unsur Kalimat
Stuktur
kalimat dasar bahasa Indonesia sebenarnya sangat sederhana, yaitu hanya
berstruktur subjek-predikat (S-P). Namun, struktur itu dapat dikembangkan
menjadi (1) subjek-predikat-objek (S-P-O), (2) subjek-predikat-pelengkap
(S-P-Pel), (3) subjek-prediket-objek-pelengkap (S-P-O-Pel), (4)
subjek-predikat-keterangan (S-P-Ket), (5) subjek-predikat-objek-keterangan
(S-P-O-K), dan (6) subjek-predikat-objek-pelengkap-keterangan (S-P-O-Pel-Ket).
Subjek dan objek dalam bahasa Indonesia biasanya berupa verba, adjektiva,
dan/atau nomina. Keterangan biasanya berupa frasa preposisi atau nomina
temporal, sedangkan pelengkap menurut Lapoliwa (1990) dapat berupa nomina (frasa
nomina) atau verba (frasa verba). Dalam pengertian ini, ciri bersistem dan
lengkap sangatlah penting karena kehilangan kedua ciri itu akan meyebabkan
rangkaian kata yang tersusun tidak memenuhi syarat sebuah kalimat. Rangkaian
kata yang demikian tidak mendukung gagasan, pikiran, atau perasaan yang
hendak disampaikan oleh penulis kepada orang lain.
2.2.1. Subjek
Subjek
adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya
diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa atau frasa verbal. Untuk
lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
a.
Ayahku sedang
melukis.
b.
Meja direktur besar.
c.
Yang berbaju batik dosen
saya.
d.
Berjalan kaki menyehatkan
badan.
e.
Membangun jalan layang sangat
mahal.
Kata-kata
yang dicetak tebal merupakan subjek. Contoh subjek yang diisi oleh kata dan
frasa benda terdapat pada kaimat (a)-(b); Contoh subjek yang diisi oleh klausa
terdapat pada kaimat (c); dan contoh subjek yang diisi oleh frasa verbal
terdapat pada kaimat (d) dan (e).
2.2.2. Predikat
Predikat
adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu klaimat).
Selain memberi tahu tindakan atau perbatan subjek, prediakat dapat pula
menyatakan sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek. Ter,auA juga
sebagai predikat dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang
dimiliki subjek. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang
tidur siang.
c. Putrinya cantik
jelita.
2.2.3. Objek
Objek
adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek pada umumnya diisi oleh
nominal, frasa nominal atau klausa. Letak objek selalu di belakang predikat
yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntuk wajib hadirnya objek
seperti pada contoh di bawah ini:
a.
Mira menimang ...
b.
Arsitek merancang ...
2.2.4.
Pelengkap
Pelengkap
atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat dan umumnya
berada di belakang predikat yang berupa verba.Posisi seoerti itu juga ditempati
oleh objek,dan jenis kata yang mengisi pelengkap dan objek juga sama,yaitu
dapat berupa nimona,frasa nominal atau klausa. Namun antara pelengkap dan objek
terdapat perbedaan yaitu pelengkap tidak bisa dipindahkan kedepan menjadi
subjek dalam kalimat pasif,dll.
2.2.5. Keterangan
Keterangan
adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat
yang lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan subjek,predikat dan
pelengkap.Posisinya bersifat manasuka.
2.3. Kesalahan Kalimat
Sebuah
kalimat dikatakan benar jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi
yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan,
pikiran, dan gagasan secara jelas sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana
yang diinginkan. Berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah data yang terkumpul
diperoleh gambaran bahwa terdapat tiga bentuk kesalahan, yaitu (1) kesalahan
kelengkapan kalimat, (2) kalimat partisipial dan (3) kalimat tidak logis. Jenis
kesalahan tersebut diuraikan sebagai berikut.
2.3.1.
Kesalahan Kelengkapan Kalimat
Kalimat harus
memiliki unsur-unsur yang lengkap sesuai dengan pola yang dipilih.menyarankan
agar kelengkapan dapat terpenuhi, subjek kalimat harus ada, predikat harus
jelas, objek kalimat harus disertakan jika predikatnya berupa kata kerja
transitif, pelengkap juga harus disertakan, jika predikatnya berupa kata kerja
yang menghendaki pelengkap, dan pemenggalan tidak dilakukan pada kalimat
majemuk dengan tanpa mengubah strutrukturnya.
a. Kasus
1
Di Jakarta atas mengadakan
seminar penulisan karya ilmiah...
Bentuk salah:
Ø Bagi
Mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian pada bulan November harus mengikuti
pembekalan...
Bentuk
disunting:
Ø Mahasiswa
yang akan melakukan penelitian pada bulan November harus mengikuti
pembekalan...
Penjelasan:
Ø Sering
kali ditemukan kalimat yang tidak bersubjek. Kalimat yang tidak bersubjek
diawali oleh kata depan atau preposisi: kepada, dari, bagi, antara, ke, dalam,
tentang, melalui, dll. Alternatif pembenahan yang lainnya adalah dengan
mengubah verba aktif menjadi verba pasif. Beberapa kalimat berikut perlu sekali
untuk diperhatikan oleh para penyunting bahasa dalam karang mengarang.
b. Kasus
2
Lapangan yang dibangun
dengan dana APBD
Bentuk salah:
Ø Tahapan
penyediaan data yang diawali dengan persetujuan Instrumen pengumpulan data, dan
yang diteruskan dengan validasi Instrumen itu.
Bentuk disunting:
Ø Tahapan
penyediaan data yang diawali dengan persetujuan instrumen pengumpulan data, dan
yang diteruskan tes validasi instrumen itu...
Penjelasan:
Ø Di
depan sudah disampaikan bahwa sebuah kalimat yang benar dalam bahasa Indonesia
harus memiliki subjek dan predikat yang jelas, yang tidak kabur sifatnya. Kalau
dibagian depan dikatakan bahwa subjek kalimat akan menjadi tidak jelas kalau
diambil oleh kata depan atau preposisi.
c. Kasus
3
Penjelasan Mereka itu dia
tidak mengerti.
Bentuk salah:
Ø Penjelasan
mereka itu dia tidak mengerti.
Ø Lokasi
penelitian itulah mereka mendapatkan data untuk dianalisis.
Bentuk disunting:
Ø Dia
tidak mengerti penjelasan mereka itu.
Ø Di
lokasi penelitian itulah mereka mendapatkan data untuk dianalisis.
Penjelasan:
Ø Tidak
boleh menggunakan subjek yang ganda. Dalam satu kalimat sederhana, harus
ditemukan satu subjek atau dua predikat saja. Dalam kalimat di atas, tampak
jelas sekali bahwa unsur penjelasan mereka itu dan unsur saya, sama-sama
merupakan subjek.
d. Kasus
4
Sejak dari dulu...
Bentuk salah:
Ø Sejak
dari dulu ia tidak dapat menuntaskan karya itu.
Ø Merupakan
acara yang terakhir adalah pengumuman para pemenang dan penerimaan hadiah
Bentuk disunting:
Ø Sejak
dulu ia tidak dapat menuntaskan karya itu.
Ø Acara
yang terakhir adalah pengumuman para pemenang dan penerimaan hadiah.
Penjelasan:
Ø Kalimat
dalam bahasa indonesia yang efektif tidak memperkenalkan penggunaan sekaligus
dua kata yang mengandung makna sama. Jadi, bentuk ‘seperti, misalnya’, ‘adalah,
merupakan’. Pemakaian bentuk kebahasaan yang demikian harus benar0benar
diperhatikan oleh para penyunting bahasa.
e. Kasus
5
Dilihat sekilas dari cara
analisisnya...
Bentuk Salah:
Ø Mendengar
berita itu, ketua peneliti segera berangkat ke lapangan membantu menyelamatkan
para pengumpul data yang terkena musibah.
Bentuk disunting:
Ø Setelah
mendengar berita itu, ketua peneliti segera berangkat ke lapangan membantu
menyelamtkan para pengumpul data yang terkena musibah.
Penjelasan:
Ø Penghilangan
konjungsi atau kata penghubung subordinatif (penghubung dua unsur kalimat) pada
anak kalimat, akhir-akhir ini banyak ditemukan dalam penulisan resmi maupun
penulisan tidak resmi.
f. Kasus
6
Walaupun pelaksanaan itu
penelitian diperpanjang tiga bukan, tetapi...
Bentuk salah:
Ø Walaupun
semalam dia menyelesaikan penyusunan laporan penelitian sampai larut malam,
tetapi pagi ini dia tetap berkantor.
Ø Meskipun
hukuman itu berat, tetapi dia tetap tegar menghadapinya.
Bentuk disunting:
Ø Walaupun
semalam dia menyelesaikan penyusunan laporanpenelitian sampai larut malam, pagi
ini dia tetap berkantor.
Ø Meskipun
hukuman itu berat, dia tetap tegar menghadapinya.
Penjelasan:
Ø Kadang
tidak disadari bahwa orang memilih padanan kata yang tidak sepadan atau tidak
serasi. Ketidakserasian itu terjadi, misalnya saja, karena terdapat dua kaidah
bahasa yang bersilang dan bergabung dalam satu kalimat. Bentuk ‘meskipun...tetapi’,
‘meskipun...namun’, pada kalimat adalah contoh dari konstruksi kebahasaan yang
demikian itu.
g. Kasus
7
Saya ingin laporkan bahwa
hasil penelitian ini...
Bentuk salah:
Ø Laporan
itu Anda dapat kerjakan setiap saat.
Ø Saya
ingin laporkan bahwa hasil penelitian ini...
Ø Kamu
sudah periksa laporan uang disampaikan kemarin?
Bentuk disunting:
Ø Laporan
itu dapat Anda kerjakan setiap saat.
Ø Ingin
saya laporkan bahwa hasil penelitian ini...
Ø Sudah
kamu periksa laporan yang disampaikan kemarin?
Penjelasan:
Ø Beberapa
kalimat di atas disusun dalam konstruksi pasif persona. Konstruksi kalimat
pasif yang pelakunya adalah kata ganti orang. Jika konstruksi kalimat demikian
ini yang digunakan, urutan predikatnya harus dibuat dengan benar-benar cermat.
h. Kasus
8
Harga padi kering giling
harus dibekukan atau kenaikan secara bertahap.
Bentuk salah:
Ø Harga
padi kering giling harus dibekukan atau kenaikan secara bertahap
Ø Tahapan
penelitian itu adalah mengumpulkan data, sumber data yang jelas, pembahasaan
data, dan laporan hasil penelitian.
Bentuk disunting:
Ø Harga
padi kering giling harus dibekukan atau dinaikkan secara bertahap.
Ø Tahapan
penelitian itu adalah pengumpulan data, penentuan sumber data, dan penyusunan
laporan hasil penelitian.
Penjelasan:
Ø Para
penyunting bahasa harus benar-benar cermat memperhatikan, apabila di dalam
sebuah kalimat terdapat unsur-unsur kebahasaan yang diperinci, perincian
tersebut harus dibuat sejajar atau paralel. Jadi, jika unsur pertama berupa
kata benda, unsur kedua dan ketiga semuanya hatus nomina atau kata benda.
i.
Kasus 9
Mereka sedang membicarakan
tentang kenaikan gaji pegawai.
Bentuk salah:
Ø Mereka
sedang membicarakan tentang kenaikan gaji.
Ø Para
pemimpin perusahaan itu sedang memikirkan kehendak daripada para karyawan yang
menuntut gaji.
Ø Kami
mengharapkan atas kehadiran Saudara pada rapat nanti.
Bentuk disunting:
Ø Mereka
sedang membicarakan kenaikan gaji pegawai.
Ø Para
pemimpin perusahaan itu sedang memikirkan kehendak para karyawan yang menuntut
gaji.
Ø Kami
mengharapkan kehadiran Saudara pada rapat nanti.
Penjelasan:
Ø Konstruksi
bahasa yang benar menegaskan bahwa dalam kalimat aktif transitif, yakni kalimat
yang verba atau kata kerjanya menuntut kehadiran objek, tidak memerlukan
preposisi atau kata depan yang mendahului objek benda itu.
j.
Kasus 10
Kendala lapangan harus
dapat diatasi kita.
Bentuk salah:
Ø Silakan
Saudara klarifikasi dulu oleh saudara sebelum data ini disiapkan untuk dianalisis.
Ø Kami
mohon maaf laporan penelitian belum dapat dikerahkan karena masih ada beberapa
hal yang akan dipertimbangkan lagi oleh kita.
Bentuk disunting:
Ø Silakan
Saudara klarifikasi dahulu sebelum data ini disiapkan untuk dianalisis.
Ø Kami
mohon maaf laporan penelitian belum dapat dikerahkan karena masih ada bebrapa
hal yang akan kita pertimbangkan lagi.
Penjelasan:
Ø Konstruksi
kebahasaan ditunjukkan di atas, merupakan konstruksi yang sudah terpengaruh
konstruksi bahasa-bahasa daerah. Tentu saja, konstruksi kebahasaan yang
demikian itu tidak dapat dianggap benar, karena kaida-kaidah dalam bahasa
Indonesia tidak dapat dianggap selalu sama dengan kaidah-kaidah dalam bahasa
daerah.
k. Kasus
11
Hasil temuan itu harus
peneliti laporkan pada...
Bentuk salah:
Ø Kejanggalan
itu sudah Kunjana sampaikan kepada yang berkepentingan.
Ø Hasil
penelitian akhir akan Amir serahkan minggu depan.
Ø Pertimbangan
terakhir akan direktur jelaskan di hadapan Senat Akademi.
Bentuk disunting:
Ø Kejanggalan
itu sudah disampaikan oleh Kunjana kepada yang berkepentingan.
Ø Hasil
penelitian akhir akan diserahkan oleh Amir minggu depan.
Ø Pertimbangan
terakhir akan dijelaskan oleh direktur di hadapan Senat Akademi.
Penjelasan:
Ø Pemakaian
bentuk pasif persona seperti ‘laporan sudah saya serahkan’ atau ‘laporan sudah
kami terima’ sering dianalogikan pada kalimat seperti yang ditunjukkan dalam
contoh di atas. Kata ganti persona seperti ‘saya, Anda, mereka, kita’ menjadi
pelaku di dalam kalimat itu adalah nama diri seseorang, bukan kata ganti
misalnya ‘Kunjana, Amir, Peneliti.
l.
Kasus 12
Menurut Rahardi (2008:
45-47) menyatakan bahwa...
Bentuk salah:
Ø Menurut
Rahardi (2008: 45-47) menyatakan bahwa penelitian ini harus dilanjutkan dengan
penelitian yang berancangan berbeda supaya tuntas.
Bentuk disunting:
Ø Menurut
Rahardi (2008: 45-47) penelitian ini harus dilanjutkan dengan penelitian yang
berancangan berbeda supaya tuntas.
Atau
Ø Menurut
Rahardi (2008: 45-47) menyatakan bahwa penelitian ini harus dilanjutkan dengan
penelitian yang berancangan berbeda supaya tuntas.
Penjelasan:
Ø Bentuk
kebahasaan seperti yang ditunjukkan di atas sangat sering terjadi di dalam
penulisan karya ilmiah, karang-mengarang, atau tulis-menulis. Penyuntingan yang
paling sederhana adalah menghilangkan bentuk ‘menurut’ yang berada di subjek
kalimat. Keberadaan ‘menurut’ di depan subjek menjadikan kalimat kehilangan
subjeknya.
m. Kasus
13
Seperti diketahui bahwa
penelitian ini adalah...
Bentuk salah:
Ø Seperti
diketahui, bahwa penelitian kebahasaan ini adalah penelitian yang menerapkan
gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Bentuk disunting:
Ø Seperti
diketahui, penelitian kebahasaan ini adalah penelitian yang menerapkan gabungan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Penjelasan:
Ø Kebanyakan
orang menyangka bahwa pembenahan kalimat efektif yang disampaikan di atas itu
sangat sederhana. Kurangnya memperhatikan kalimat yang demikian ini karena
menganggap terlalu sederhana, yang harus diperhatikan adalah tanda baca (, dan
.) karena kalimat itu mengandung keterangan kalimat yang tidak boleh
ditempatkan kata bahwa.
BAB
III
SIMPULAN
1.1. Kesimpulan
Kesatuan
kalimat dalam bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal
kalimat dan diakhiri dengan pengunaan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya
pada akhir kalimat.
Stuktur
kalimat dasar bahasa Indonesia sebenarnya sangat sederhana, yaitu hanya
berstruktur subjek-predikat (S-P). Namun, struktur itu dapat dikembangkan
menjadi (1) subjek-predikat-objek (S-P-O), (2) subjek-predikat-pelengkap
(S-P-Pel), (3) subjek-prediket-objek-pelengkap (S-P-O-Pel), (4)
subjek-predikat-keterangan (S-P-Ket), (5) subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K),
dan (6) subjek-predikat-objek-pelengkap-keterangan (S-P-O-Pel-Ket). Subjek dan
objek dalam bahasa Indonesia biasanya berupa verba, adjektiva, dan/atau nomina.
Keterangan biasanya berupa frasa preposisi atau nomina temporal, sedangkan
pelengkap menurut Lapoliwa (1990) dapat berupa nomina (frasa nomina) atau verba
(frasa verba).
Terdapat
tiga belas bentuk kesalahan, di antaranya kesalahan kelengkapan kalimat yang
meliputi kalimat tak bersubjek, tak berobjek dan tak berpredikat, kalimat
tidak logis dan kalimat partisipial.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Diunggah dari Semua, Salam. 2011. http://salamsemua1990.blogspot.co.id/
Rahardi, Kunjana. (2009). Penyuntingan Bahasa
Indonesia untuk Karang Mengarang.Jakarta: PT. Gelora Akumura Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar